June 30, 2020

#LettersForBlackLives - Indonesian // Read by Silvia Lin // #BlackLivesMatter

#LettersForBlackLives - Indonesian  //  Read by Silvia Lin  //  #BlackLivesMatter

A reading of the Letters for Black Lives translated into Indonesian. Written and edited by the Letters For Black Lives Team. Translated by the #Translation-Indonesian Team. Read by Silvia Lin. Video available on Instagram, Facebook, and YouTube @dearasian

A reading of the Letters for Black Lives translated into Indonesian. Written and edited by the Letters For Black Lives Team. Translated by the #Translation-Indonesian Team. Read by Silvia Lin.

Video available on:
Instagram: www.instagram.com/dearasianamericans
Facebook: www.facebook.com/dearasianamericans
YouTube: www.youtube.com/dearasianamericans

Transcripts of the letter below and also available at:
https://lettersforblacklives.com/

//

Ibu, Bapak, Ayah, Bunda, Mama, Papa, Om, Tante, Kakek, Nenek, Opa, Oma, Kakak, Adik:

Ada yang perlu kita bicarakan.
Mungkin kalian tidak punya banyak sahabat, teman, rekan kerja, atau kenalan berkulit Hitam, tetapi aku punya. Orang berkulit Hitam adalah bagian penting dalam hidupku: mereka adalah sahabatku, teman-temanku, tetanggaku, dan juga keluargaku. Aku khawatir akan keadaan mereka.

Baru-baru ini, di Minnesota, Amerika Serikat, seorang polisi berkulit putih membunuh seorang pria berkulit Hitam bernama George Floyd. Polisi ini berlutut untuk menindih lehernya selama hampir 9 menit, mengabaikan Floyd yang berulang-ulang berteriak bahwa dia tidak bisa bernapas. Dua polisi lagi membantu menahannya, sementara seorang petugas keturunan Asia hanya berdiri dan tidak ikut campur tangan. Floyd tidak sendiri: tahun ini, aparat kepolisian membunuh Dreasjon Reed di Indiana dan Tony McDade di Florida pada bulan Mei, dan Breonna Taylor di Kentucky pada bulan Maret. Seorang mantan detektif membunuh Ahmaud Arbery di Georgia pada bulan Februari.

Bahkan dalam kasus-kasus yang sudah diliput dan diberitakan secara luas, pihak kepolisian sering kali tidak mendapatkan konsekuensi apapun setelah membunuh orang berkulit Hitam, apa lagi dalam kasus-kasus yang tidak pernah direkam atau disaksikan banyak orang.

Ini adalah kenyataan mengerikan yang dijalani setiap hari oleh orang-orang berkulit Hitam yang ada di sekitarku.

Kalian mungkin berpikir: Kita juga kaum minoritas. Kita dan nenek moyang kita telah berhasil datang ke negeri orang tanpa modal apapun dan akhirnya bisa membangun kehidupan yang baik untuk diri kita sendiri meskipun kita mengalami diskriminasi. Jadi, mengapa mereka tidak bisa?

Aku ingin berbagi dengan kalian bagaimana aku melihat situasi ini. Aku memberitahu kalian atas dasar cinta dan hormat. Aku ingin kita semua, termasuk diriku sendiri, untuk berbuat lebih baik.

Ketika kita bepergian, kebanyakan orang tidak menganggap kita sebagai ancaman. Kita bisa pergi keluar rumah tanpa bertanya-tanya apakah kita bisa pulang dengan selamat. Kita tidak perlu takut bahwa kita bisa mati jika kita diberhentikan polisi.

Tidaklah demikian untuk teman-teman kami yang berkulit Hitam.
Kebanyakan penduduk Amerika Serikat yang berkulit Hitam adalah keturunan budak-budak yang dijual dan dibawa ke Amerika secara paksa. Selama berabad-abad, komunitas, keluarga, dan tubuh mereka disiksa dan direndahkan sebagai aset untuk keuntungan ekonomi. Bahkan setelah era perbudakan, pemerintah Amerika Serikat menelantarkan mereka untuk membangun kembali kehidupan mereka. Pihak pemerintah sudah pernah menyangkal hak-hak mereka untuk memilih dalam pemilihan umum, mendapatkan pendidikan, dan memiliki rumah dan bisnis. Lembaga kepolisian juga memperparah ketidakadilan ini. Jika ditelusuri, sejarah lembaga kepolisian di Amerika Serikat lahir dari pasukan patroli budak di lahan-lahan pertanian. Sekarang, dengan ancaman kekerasan yang masih berlanjut sampai hari ini, penindasan mereka belum berakhir, hanya berubah bentuk.

Orang berkulit Hitam tidak hanya bertahan, tetapi mereka juga melawan segala rintangan. Mereka dipukuli, dipenjara, bahkan dibunuh sewaktu mereka memperjuangkan hak-hak yang kita peroleh sekarang. Bahkan di tengah ketidakadilan yang selalu memecah-belah kita semua, para pemimpin berkulit Hitam sudah membantu kita mencabut undang-undang imigrasi Amerika Serikat yang tidak adil dan memberhentikan sistem pemisahan berdasarkan ras dan etnis.

Memang sudah ada kemajuan, tetapi ketidakadilan pada sistem ini masih menguasai. Selama ratusan tahun, kasus-kasus orang berkulit Hitam yang dibunuh oleh lembaga-lembaga pemerintah masih belum ditindak hukum.

Aku mengerti segala kekhawatiran dan ketakutan kalian karena media terus meliput penjarahan dan kerusuhan. Tetapi, bayangkan seberapa sakitnya jika kita mendengar orang lain lebih mempedulikan materi yang bisa diganti daripada nyawa orang yang kita kasihi. Kemarahan macam apa yang harus kita rasakan sampai kita turun ke jalan untuk demonstrasi di tengah masa pandemi? Bayangkan betapa lelahnya jika kita harus terus-menerus melawan kekerasan pemerintah yang juga dilawan nenek moyang kita selama empat abad.

Inilah sebabnya aku mendukung gerakan Black Lives Matter (Hidup Orang Berkulit Hitam Penting).

Salah satu dukunganku dalam gerakan ini adalah dengan berbicara kepada komunitasku — termasuk keluargaku sendiri — ketika aku melihat mereka mengatakan atau melakukan hal-hal yang merendahkan orang berkulit Hitam. Kebisuan kita menghancurkan. Kita tidak boleh berdiam saja. Kita perlu bertindak dan berbicara tentang hal ini.

Aku sangat bersyukur dan berterima kasih untuk usaha kalian di negara yang sering tidak ramah ini. Kita pernah dituduh sebagai penyebab kemiskinan, penyakit, terorisme, dan kejahatan. Kalian sudah berjuang hidup untuk masa depanku di tengah banyaknya prasangka terhadap kalian.

Tetapi semua tuduhan dan prasangka itu berarti bahwa kita semua terlibat dalam perjuangan yang sama, dan kita tidak bisa menikmati rasa aman sampai keamanan untuk semua orang berkulit Hitam terjamin, baik untuk teman-teman kita, orang-orang yang kita cintai, dan juga tetangga-tetangga kita. Dunia yang kita inginkan adalah dunia tanpa ketakutan. Inilah masa depan yang aku inginkan — dan aku harap yang kalian inginkan juga.

Dengan cinta, hormat, dan harapan,

Anak-anak kalian

//

Mom, Dad, Uncle, Auntie, Grandfather, Grandmother, Family:
We need to talk. 
You may not have many Black friends, colleagues, or acquaintances, but I do. Black people are a fundamental part of my life: they are my friends, my neighbors, my family. I am scared for them.
Recently, in Minnesota, a white police officer killed a Black man named George Floyd by kneeling on his neck for almost 9 minutes—ignoring his repeated cries that he was unable to breathe. Two more police officers helped pin Floyd down, while a fourth, Asian officer stood guard and didn't intervene. Floyd is not alone: Already this year, police officers killed Dreasjon Reed in Indiana and Tony McDade in Florida in May, and Breonna Taylor in Kentucky in March. An ex-detective killed Ahmaud Arbery in Georgia in February. 
Overwhelmingly, the police haven’t faced consequences for murdering Black people, even when there’s been extensive media coverage. Imagine how many more incidents go unrecorded or unseen.
This is a terrifying reality that the Black people I care about live with every day.
You might be thinking: We are also a minority. We’ve managed to come to America with nothing and built good lives for ourselves despite discrimination, so why can’t they?
I want to share with you how I see things. I am telling you this out of love, because I want all of us, including myself, to do better.
For the most part, when we walk down the street, people do not view us as a threat. We do not leave our homes, wondering whether or not we will return that day. We don't fear that we may die if we're pulled over by the police.
This is not the case for our Black friends.
The vast majority of Black Americans are descendants of people who were sold into slavery and brought here against their will. For centuries, their communities, families, and bodies were abused as property for profit. Even after slavery, the government has not allowed them to build their lives—it has legally denied them the right to vote, get an education, or own homes and businesses. These inequalities are enforced by police and prisons—which can be directly traced back to white slave patrols and plantations. Black people are under a constant threat of violence that continues today. Their oppression has not ended; it has only changed form. 
Black people have not only persisted but also persevered against all odds. They’ve been beaten by police, jailed, and killed while fighting for many of the rights that we all enjoy today. Even in an unfair system that pits us against each other, Black organizers helped to end unfair immigration laws and racial segregation for us all.
Though there has been progress, this unfair system is still winning. Throughout these hundreds of years, our government is still killing Black people and getting away with it.

I understand that you’re worried and scared about the looting and property destruction that you are seeing. But imagine how hurt you would be to see other people express more care for replaceable material objects than for the lives of your loved ones. How hurt you must be to protest like this in the middle of a pandemic. Imagine the exhaustion of fighting against the same state violence that your ancestors fought against.
This is why I support the Black Lives Matter movement.  
Part of that support means speaking up when I see people in my community—even my own family—say or do things that diminish the humanity of Black people. Our silence has a cost and we need to talk about it. 
I am eternally grateful for the struggles you have endured in a country that has not always been kind to you. We have been blamed for bringing poverty, disease, terrorism, and crime. You’ve suffered through a prejudiced America so that I could have a better life.
But these struggles also make it clearer than ever that we are all in this together, and we cannot feel safe until our Black friends, loved ones, and neighbors are safe. The world that we seek is a place where we can all live without fear. This is the future that I want—and I hope you want it, too. 
With love and hope,
Your children